Belakangan ini, pasar properti Jakarta dikejutkan oleh fenomena banyaknya hotel yang dijual dengan harga miring. Sejumlah hotel, baik kelas menengah maupun berbintang, tiba-tiba muncul di berbagai platform penjualan properti dengan label “dijual cepat” dan “harga nego”. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi?
Para pengamat properti mencatat bahwa pemilik hotel mulai melepaskan asetnya karena tekanan operasional yang terus memburuk pascapandemi. Meski login medusa88 sektor pariwisata mulai pulih, okupansi hotel di Jakarta masih belum stabil. Banyak pemilik tak mampu menutup biaya perawatan, gaji karyawan, dan cicilan bank, sehingga menjual hotel menjadi jalan keluar tercepat.
Selain itu, meningkatnya persaingan dari akomodasi alternatif seperti apartemen harian dan penginapan berbasis aplikasi turut memperburuk situasi. Wisatawan dan pelancong bisnis kini lebih memilih opsi yang fleksibel dan terjangkau, sehingga hotel-hotel konvensional mulai kehilangan pasar.
Pemerintah DKI Jakarta sebenarnya telah berupaya mendorong sektor perhotelan dengan program promosi wisata dan event berskala nasional. Namun, upaya tersebut belum cukup untuk mengimbangi perubahan pola konsumsi masyarakat.
Investor melihat situasi ini sebagai peluang. Harga jual yang menurun membuka kesempatan untuk mengakuisisi properti hotel di lokasi strategis. Beberapa pengusaha bahkan mulai mengubah fungsi hotel menjadi co-working space, apartemen sewa, atau penginapan kapsul untuk menyesuaikan dengan tren pasar.
Fenomena hotel murah yang dijual cepat di Jakarta mencerminkan pergeseran besar dalam industri perhotelan. Jika kondisi ini terus berlanjut, wajah bisnis akomodasi di ibu kota bisa berubah drastis dalam beberapa tahun ke depan.